twitter.com |
Oleh : TULUS MULIAWAN
Dalam sejarah hidup Susilawati, mahasiswa semester lima jurusan ilmu komunikasi, berbisnis keripik pedas adalah sebuah kelanjutan dari hobi-hobinya berbisnis di masa-masa sebelumnya. Perempuan asli Cimahi ini sebelumnya pernah menjalankan beberapa bisnis kecil-kecilan seperti berjualan pulsa dan agen cutting sticker.
Meskipun awal terkesan tidak sengaja, tapi bisnis ini cukup menjanjikan bagi Susi. Bisnis ini berawal dari kebiasaan teman-teman sekelas Susi yang meminta dibawakan oleh-oleh dari Bandung saat Susi pulang ke Bandung. Brownies dan beberapa kue lainnya sudah menjadi hal biasa dari Bandung. Akhirnya, Susi membawakan keripik pedas untuk teman-temannya, dan ternyata mereka ketagihan.
“Tiap saya pulang ke Bandung pasti mereka titip tolong dibeliin dan itu enggak sedikit. Mulai dari situ saya berpikiran kenapa enggak dijadikan usaha aja ya. Enggak lama saya lihat di tv ada kripik dari Bandung yang jadi heboh banget, dengan itu saya jadi semakin termotivasi,” terang Susi.
Susi menceritakan, saking seringnya Susi membeli keripik dalam jumlah besar, produsen pembuat keripik tersebut menjadi penasaran dan meminta untuk berbincang serius dengan Susi. Dari situlah terjadi kesepakatan untuk sama-sama mengembangan bisnis keripik pedas ini.
Susi mendatangkan langsung kripik pedas ini dari Bandung dengan menggunakan jasa bus Arimbi untuk pengiriman. Setiap kripik pesanan dikirimkan produsen melalui bus Arimbi jurusan Bandung-Merak. Setibanya di Serang Susi berhubungan langsung dengan awak bus Arimbi untuk mengambil kripik tersebut. Menurut Susi cara ini terbukti efektif dan jauh lebih murah ketimbang menggunakan jasa paket yang lain.
Satanas
Label “Satanas” yang melekat erat pada keripik pedas Susi merupakan buah pemikirannya sendiri. Nama tersebut dipilih Susi setelah ia mencarinya di situs google.com. Satanas dalam bahasa Spanyol berarti Setan. Kata setan sendiri, menurut Susi merupakan istilah yang akrab bagi keripik pedas.
Untuk mempromosikan bisnis kripik pedas tersebut, Susi memilih menggunakan twitter. “Saya buat twitter @keripiksatanas dan mem-follow anak-anak kampus. saya mulai promosi dan banyak yang penasaran,” jelas Susi. Dari situlah ia mendapatkan banyak pelanggan di kampus. Selain karena rasanya yang gurih, keripik pedas tersebut juga dijual lebih murah dari harga pasar, yaitu Rp 11.500.
Bagi Susi bisnis ini bukanlah prioritas. Ia menjalaninya karena hobi. Meskipun agak sulit mengatur waktu, Susi cukup senang menjalaninya. “Saya senang bisa punya uang jajan tambahan dari apa yang saya lakukan dan merasa bangga kalau bisa jajan atau beli sesuatu dari uang sendiri,” ungkap Susi.
Di akhir perbincangan, dengan penuh keyakinan ia menyatakan bahwa produknya mampu berkembang dan bersaing dengan merk lain. “Dari rasa aja sudah jelas beda, kualitas singkong juga enggak keras kayak kripik lainnya, dan yang terakhir soal harga bener-bener terjangkau,” tutup Susi dengan bersemangat.
Categories:
bisnis mahasiswa
1 komentar:
ouh gitu yah . . mw donk keripiknya . .!!
Posting Komentar